KETIKA CORONA MENEMBUS ISTANA, APALAH DAYA MANUSIA



Oleh : Ahmad Sastra

Wabah penyakit adalah salah satu bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada manusia, baik beriman maupun tidak beriman. Keduanya hanya dibedakan cara menyikapi musibah tersebut. Bagi seorang mukmin, musibah adalah wasilah agar semakin yakin, dekat dan beriman kepada Allah, serta introspeksi diri dan bertobat atas segala kesalahan.

Bahkan di tengah wabah corona, media asing seperti di Perancis memuji syariat Islam. Di China sendiri pasca terserang Coronavirus, banyak yang tertarik dengan tata cara hidup seorang muslim. Sebab dilihat dari awal sebabnya, maka coronavirus hanya bisa dicegah dengan pola hidup Islami, yakni makan makanan yang halal, selalu menjaga wudhu setiap saat, banyak mendekatkan diri kepada Allah dan selalu menjaga jarak kepada yang bukan mukhrimnya.

Coronavirus telah mencapai status pandemik, dimana penyebaranya tak lagi bisa dikendalikan, kecuali manusia yang berikhtiar untuk menghindari sebisa mungkin. Bahkan, seminggu ini dihebohkan adanya berita di berbagai negara dimana para petinggi negara positif terinfeksi coronavirus ini. Tak terkecuali di Indonesia, salah satu menteri positif terinfeksi coronavirus juga.

Setelah berita tentang ketatnya pemeriksaan memasuki area istana sehingga para menteri pun dicek oleh alat penguji suhu, maka kejutan muncul. Yaitu Menhub Budi Karya Sumadi terjangkit virus corona. Yang bersangkutan hingga kini masih dirawat di ruang isolasi RSPAD Gatot Subroto. Semua menteri memeriksakan diri. Pada umumnya mengumumkan kondisinya yang sehat. Ada juga yang masih menunggu 2 atau 3 hari ke depan. Seperti Menteri Muhadjir Effendy dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Manoarfa.

Sakitnya Budi Karya membuat khawatir lingkungan istana. Sebab beberapa waktu sebelumnya Budi Karya menghadiri rapat kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi. Biasanya sesama menteri itu tentu saling bersalaman bahkan cipika cipiki. Dipastikan "greeting" nya tidak adu kaki atau adu siku. Presiden dan Wakil Presiden diperiksa pula. Rakyat disuguhi tontonan dan berita "keluarga istana" berobat serius karena khawatir terjangkit virus corona. Ironinya, dahulu rakyat yang khawatir dan "keluarga istana" yang tenang tenang bahkan meremehkan. Media dan WHO pun "menegur" perilaku abai istana ini.

Ini artinya, virus corona ini telah dengan cepat menyebar ke berbagai tempat melalui berbagai macam media. Solusi lockdown adalah rasional yakni dengan menghentikan aktivitas sementara yang berhubungan dengan publik. Sekolah diliburkan selama 14 hari (masa inkubasi virus) adalah ikhtiar yang juga tidak salah.

Usaha ini (lockdown) ini sejalan juga dengan hadis Rasulullah dalam menyikapi merabaknya wabah di tengah-tengah masyarakat, yakni dengan menutup sementara akses keluar masuk manusia dalam wilayah tertentu yang tersebar viris di dalamnya. “ Jika kamu melihat bumi tempat wabah, maka jangan memasukinya. Jika kamu berada di sana, maka jangan keluar darinya”.

Di masa Umar Bin Khathab, ketika terjadi wabah, beliau meminta pendapat ‘Amru bin Ash, maka disarankan untuk memisahkan interaksi (sosial distancing), maka tak lama wabah itu berakhir. Umar Bin Khathab juga mendirikan pusat pengobatan di luar wilayah itu dan membawa orang yang terinfeksi virus ke tempat pengobatan tersebut.

Di zaman khilafah ini wabah penyakit begitu mudah diatasi disebabkan oleh tiga hal, pertama pertolongan Allah kepada orang-orang mukmin dan muslim. Kedua, karena kekompakan antara pemerintah dan rakyatnya. Pemerintah yang adil telah begitu dicintai rakyatnya. Maka ketika negaranya dalam persoalan, maka rakyatnya kompak membantunya.

Faktor ketiga adalah optimalnya upaya-upaya medis yang dilakukan oleh para ilmuwan dan dokter di masa khilafah. Dengan semangat tauhid, mereka berusaha optimal mencari solusi medis. Spirit inilah yang membedakan antara dokter zaman khilafah dengan dokter zaman sekuler seperti sekrang ini.

Ini semua hanyalah ikhtiar manusia yang menunjukkan betapa lemahnya manusia menghadapi makhluk yang bahkan tidak terlihat wujudnya. Betapa lemahnya manusia, tak ada yang layak disombongkan dan dibanggakan. Apalah artinya kekuasaan dan harta jika telah terpapar virus yang menyerang fisiknya.

Segala yang menimpa manusia, hakekatnya adalah musibah yang hanya bergantung kepada kehendak Allah. Jika Allah menghendaki musibah kepada hambaNya, maka terjadilah. Jika Allah ingin melindungi hambaNya dari musibah, maka tidak ada yang sulit bagiNya.

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, Maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Yunus : 107)

Virus yang muncul pertama kali di Wuhan China ini sebenarnya telah diprediksi jauh-jauh hari. Sebuah artikel berjudul, “Bat Coronavirus in China” dimuat di jurnal virus 2 Maret 2019. Dalam abstraknya, ilmuwan dari laboratorium kunci CAS untuk Patogen khusus dan keamanan hayati dari Institut Virologi Wuhan China dan University of Chinese Academy of Sciences, Beijing, China, menjelaskan tentang tiga jenis virus corona zoonosis yang menimbulkan wabah berskala besar.

Tiga penyakit itu adalah sindrom pernafasan akut parah (SARS), sindrom pernafasan timur tengah (MERS) dan sindrom diare akut babi (SADS). Ketiga jenis virus ini sangat patogen terhadap manusia dan binatang ternak. Babi dan kelelawar adalah dua diantara binatang yang agen penularan coronavirus.

Meski signifikansinya rendah terhadap kematian akibat terinfeksi virus corona yakni hanya 20 persen, itupun karena kelambatan penanganan atau karena ada penyakit sebelumnya, namun yang harus diwaspadai adalah bahwa coronavirus ini bisa menular dengan cepat melalui air liur, batuk dan bersin. Berbeda dengan kematian akibat kanker dan serangan jantung yang tinggi, namun tidak menular.

Secara teologis, kehadiran coronavirus adalah bagian dari musibah dan ujian bagi manusia. Sebab seluruh apa yang ada di alam semesta adalah makhluk ciptaan Allah. Ada relasi kausalitas antara musibah dengan perbuatan manusia, sebagaimana banjir akibat perilaku manusia, sementara air adalah makhluk ciptaan Allah.

Hal ini sangat relevan dengan firman Allah dalam Al Qur’an surat Ar Ruum : 41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS Asy Syura : 30).

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS An Nisaa : 79)

Jika bangsa ini konsisten dengan nilai-nilai religius, maka mestinya melakukan muhasabah yang mendalam atas segala musibah yang bertubi-tubi menerpa bangsa ini. Adakah kemaksiatan dan kezoliman yang telah diperbuat bangsa ini. Bangsa ini harus segera bertobat dan kembali ke jalan (syariah) yang benar.

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS Al Hasyr : 7).

Dahulu kala disaat terjadi musibah berupa wabah penyakit yang menyebar dan menular hingga menimpa para pemimpin rakyat yang tinggal di istana. Karena itu para pemimpin harus mengambil semua peristiwa ini secara spiritual dengan bertobat kembali kepada jalan Allah, tidak berlaku zolim dan sombong dengan kekuasaannya dan selalu berbuat adil kepada rakyatnya.

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An Nisaa’ : 17)

Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (QS An Nisaa’ : 18)

Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS At Taubah : 118)

Perspektif teologis mendasarkan kepada sejarah yang dicatat Al Qur’an terkait musnahnya kaum zolim dan pembangkang. Sebagai contoh azab Allah berupa hujan batu berapi yang ditimpakan kepada kaum Nabi Luth yang melanggar perintah Allah berupa perilaku homoseksual (LGBT). Ada juga azab yang ditimpakan Allah kepada raja songong namrud dan bala tentaranya yang mati bergelimpangan dengan tubuh habis dan kering karena seluruh daging dan darahnya disantap oleh nyamuk.

Termasuk raja namrud juga disiksa oleh nyamuk yang ada dalam hidungnya hingga 400 tahun. Selama itu dia memukul kepalanya dengan tongkat besi untuk mengeluarkan nyamuk itu, tapi tak juga berhasil. Imam Ibnu Katsir dalam kitab Qoshosul an biyaa menulis bahwa akhirnya raja congkak namrud tewas di istananya oleh seekor nyamuk yang kecil.

Begitupun azab yang menimpa kaum Tsamud pada zaman Nabi Soleh yang membangkang perintah Allah dan bahkan menantang datangnya azab Allah. Karena telah menyembelih unta betina yang dijadikan Allah sebagai mu’jizat (lihat QS Al A’raf : 77 dan Hud : 64).

Akhirnya setelah wajah kaum Tsamud berubah warna menjadi hitam, yang sebelumnya kuning dan merah, maka terdengarlah suara berfrekuensi tinggi dari arah atas dan goncangan bumi dari bawah, hingga memecahkan jantung mereka. Maka dalam waktu singkat bergelimpangan dan berserakan bangkai-bangkai kaum kafir itu.

Ada juga kisah ditenggelamkannya fir’aun dan kaum pembangkang Allah pada zaman Nabi Nuh. Bahkan ada suatu kaum yang dibinasakan Allah melalui wabah belalang dan kodok. Maka perspektif teologis ini bisa dipahami, sebab ada dasar normatif, empiris dan historisnya. Perspektif teologis ini diperkuat fakta bahwa coronavirus tersebar di negara komunis yang ateis.

Sebagai seorang mukmin, tentu datangnya berbagai macam musibah bencana alam atau menyebarnya wabah penyakit dijadikan sebagai ibrah yang berharga untuk semakin yakin dan sadar akan kekuasaan Allah, bersyukur atas segala nikmat dan bersabar atas segala musibah. Bahkan jika harus meninggal dengan wasilah wabah, maka itulah ajal dan akan dihitung sebagai mati syahid. Maka tepatlah apa yang di sabdakan Nabi saw :

“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin bahwa semua urusannya baik, yang demikian itu tidak terjadi pada siapapun, kecuali untuk orang mukmin, jika menimpanya sesuatu yang menggembirakan bersyukurlah ia maka adalah kebaikan baginya, dan jika menimpanya sesuatu yang menyusahkan bersabarlah ia maka adalah kebaikan baginya.”(HR. Muslim )

Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka (QS At Taubah : 117)

Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang (QS Al Baqarah : 160)

Itulah sebabnya surat Arrum ayat 41 diatas diakhiri dengan kata la’allakum yarji’un yang artinya agar mereka kembali kepada jalan yang benar. Jalan yang benar adalah Islam. Sebab hanya Islamlah jalan hidup yang diridhoi Allah, innaddina ’indallahil Islam. Dan Allah melarang kita untuk mencari-cari jalan selain Islam karena jalan selain Islam adalah jalan setan yang akan menyesatkan manusia. Dengan meninggalkan semua jalan dan ideologi kufur dan menerapkan Islam di negeri ini, maka Allah berjanji akan menurunkan berbagai keberkahan hidup dari langit dan bumi. Dan Allah pasti menepati janjiNya.

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs Al A’raf : 96).

(AhmadSastra,KotaHujan,17/03/20 : 11.10 WIB)

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.