MERDEKA BELAJAR ATAU BELAJAR MERDEKA ?
Senin, Februari 24, 2020
0
Oleh : Ahmad Sastra
Gebrakan merdeka belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud) Nadiem Makarim fokus kepada empat program yang sifatnya teknis filosofis. Pada acara Rapat Koordinasi Bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jakarta 11 Desember 2019, Nadiem menjelaskan ada empat program pembelajaran nasional.
Pertama, USBN diganti ujian (asesmen). Menurut Nadiem, situasi saat ini USBN membatasi penerapan dari semangat UU Sisdiknas yang memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk menentukan kelulusan. Untuk arah kebijakan barunya, Tahun 2020 USBN akan diganti dengan ujian (asesmen) yang diselenggarakan hanya oleh sekolah. Nantinya, ujian dilakukan untuk menilai kompetensi siswa.
Dimana ujian dalam bentuk tes tertulis dan atau bentuk penilaian lain yang lebih komprehensif. Seperti portofolio dan penugasan (tugas kelompok, karya tulis dan sebagainya). Dengan begitu, guru dan sekolah lebih merdeka dalam menilai hasil belajar siswa. Bahkan diharapkan anggaran USBN dialihkan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kedua, 2021 UN diganti. Menteri Nadiem melihat situasi saat ini materi UN terlalu padat sehingga siswa dan guru cenderung menguji penguasaan konten, bukan kompetensi penalaran. Disamping itu, UN dianggap jadi beban siswa, guru dan orangtua karena menjadi indikator keberhasilan siswa sebagai individu. Karenanya tahun 2020, UN akan dilaksanakan terakhir kalinya. Sebagai penggantinya, pada 2021, UN diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
Ketiga, RPP dipersingkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama ini, guru diarahkan mengikuti format RPP secara kaku. Tetapi nanti guru akan bebas memilih, membuat, menggunakan dan mengembangkan format RPP. Dulu, RPP terlalu banyak komponen dan guru diminta menulis sangat rinci (satu dokumen RPP bisa lebih 20 halaman). Tetapi nanti akan dipersingkat yakni RPP berisi tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan asesmen. RPP hanya 1 halaman saja. Sehingga penulisan RPP dilakukan dengan efisien dan efektif yang menjadikan guru punya waktu untuk mempersiapkan juga mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.
Keempat, Zonasi PPDB lebih fleksibel Untuk program "Merdeka Belajar" yang terrakhir ini, Nadiem menjelaskan bahwa Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Adapun kebijakannya, PPDB lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. Menurut Nadiem, komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50 persen, jalur afirmasi minimal 15 persen, dan jalur perpindahan maksimal 5 persen. Untuk jalur prestasi atau sisa 0-30 persen lainnya disesuaikan dengan kondisi daerah. "Daerah berwenang menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi," ujar Nadiem.
Pemikiran menteri pendidikan ini memang sesuatu yang relatif baru, namun tidak esensial. Hal ini justru menunjukkan bahwa konsep dan sistem pendidikan Nasional tidak pernah matang, sebab hampir setiap tahun berganti. Ganti menteri ganti pola pendidikannya. Jika pak menteri ditanya, hendak dibawa kemana pendidikan di Indonesia ini ?. Sudahkan pemikiran menteri sudah sejalan dengan visi dan esensi pendidikan itu sendiri ?.
Mestinya pak menteri mengkaitkan kata merdeka belajar untuk menuju kemerdekaan hakiki negeri ini. Mestinya kata merdeka dikaitkan dengan kesyukuran dan kesadaran spiritualitas. Sejalan dengan bunyi pembukaan UUD : Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Meskipun menteri mencanangkan merdeka belajar, namun sesungguhnya bangsa ini belum merdeka di hampir semua aspeknya. Aspek politik, ekonomi, budaya dan sosial masih dalam kendali ideologi asing. Negeri ini bahkan hampir sudah masuk ke jurang kehancuran di semua aspeknya. Ini yang mestinya menjadi pemikiran pendidikan para menteri dan pemimpin di negeri ini. Belajarlah untuk merdeka, bukan sekedar merdeka belajar.
Menteri pendidikan juga harus memperhatikan berbagai kasus kriminal dan amoral yang telah masif menyerang pelajar. Pelajar Indonesia telah terpapar amoralitas akibat budaya barat yang destruktif. Pelajar Indonesia harus merdeka dari amoralitas, kriminalitas, narkoba, seks bebas dan budaya hedonisme lainnya. Belajarlah merdeka dari serangan budaya destruktif ini.
Untuk kita renungkan bersama. Jika kita mau membuka kembali lembaran sejarah bangsa ini, maka akan kita temukan gema takbir dengan semangat jihad fi sabilillah para ulama dan santri dengan mengharap pertolongan Allah untuk berjuang meraih kemerdekaan bangsa ini seperti pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, Tuanku Imam Bonjol, Cut Nya Dien, KH Hasyim Asy’ari, KH Sholeh Iskandar, HAMKA dan M. Natsir. Merdeka saat itu berarti terlepasnya bangsa ini dari belenggu penjajah Belanda, Jepang, Portugis dan lainnya. Hari jumat, 9 Ramadhan 1334 H bertepatan dengan 17 Agustus 1945 M adalah moment bersejarah dengan dibacakannya deklarasi kemerdekaan bangsa ini, menandai lepasnya bangsa ini dari penjajahan fisik bangsa lain.
Tidak mudah berjuang memerdekaan bangsa ini. Para ulama dan santri telah dengan susah payah mengorbankan harta, tenaga dan jiwa. Mereka telah memberikan segala yang mereka miliki demi meraih pertolongan Allah. Harta yang mereka infakkan, tenaga yang mereka sumbangkan bahkan nyawa yang harus melayang semoga menjadi amal sholeh bagi mereka.
Semoga Allah menempatkan mereka sebagai para syuhada yang mulia. Tinggal kita renungkan hari ini sebagai generasi penerus, perjuangan apa yang mesti kita lakukan untuk mengisi anugerah kemerdekaan ini. Mensyukuri kemerdekaan harus benar, bukan berfoya-foya dan bersenang-senang, apalagi bermain-main. Lebih ironis lagi jika merayakan kemerdekaan dengan mengadakan acara beraroma kemaksiatan dengan mengundang gilrband seronok misalnya, maka ini artinya menyengaja mengudang murka dan azab Allah karena kekufuran yang dilakukan. Bersyukur sangat berbeda dengan kekufuran.
Mari kita berfikir dan merenung secara mendalam, agar kita mampu berbuat yang terbaik untuk bangsa ini. Agar kemerdekaan bangsa ini tidak kita sia-siakan. Bahwa sesungguhnya, kemerdekaan bangsa ini pada tahun 1334 Hijriyah adalah merdeka level satu, yakni merdeka secara fisik. Merdeka level satu ditandai dengan tidak adanya lagi tentara asing yang menembaki, menzolimi, menyiksa dan menangkap rakyat kecil. Untuk merdeka level satu inipun, negara Irak, Afghanistan dan Palestina belum bisa merasakan hingga hari ini.
Merdeka level dua adalah merdeka memilih pemerintah. Untuk merdeka level dua ini, kita lebih merdeka dibandingkan Australia atau kanada. Karena di kedua negara itu kepala negaranya dipilih oleh Ratu Inggris, bukan oleh rakyatnya sendiri. Pada level dua, Indonesia belum merdeka 100%, sebab ,meski rakyat yang memilih presiden, namun masih ada campur tangan asing. Bahkan seringkali campur tangan ini sangat dominan, terutama dari sisi penggiringan opini. Tak ada pemilu yang tidak diintervensi asing di negeri ini.
Merdeka level tiga adalah kebebasan memilih hukum. Di level tiga ini derajat kemerdekaan Indonesia lebih rendah lagi. Betul undang-undang kita disahkan di DPR hasil pilihan rakyat. Namun ada sekian banyak draf yang dibuat oleh lembaga-lembaga asing seperti IMF, UNDP dan USAID. Undang-undang strategis seperti UU migas, listrik, penanaman modal dipastikan ada intervensi asing di dalamnya. Hanya undang-undang yang tidak strategis yang tidak diintervensi. Jika negara merdeka level 1,2 dan 3 ini 100%, maka negara itu bisa disebut telah merdeka secara fisik sepenuhnya, seperti Korea Selatan. Meski masih miskin, namun merdeka level 1,2 dan 3 dipastikan negara yang professional.
Merdeka level 4 adalah merdeka secara ilmu dan teknologi, yakni negara yang mampu menciptakan teknologi untuk kebutuhan rakyatnya sendiri. Derajat merdeka level 4 bangsa ini sangat rendah, meski masih sedirkit diatas Arab Saudi dan Brunai Darusalam yang seluruh teknologinya diimpor dari luar negeri. Indonesia masih punya kampus teknologi yang top 600 dunia dan masih punya industri teknologi. Namun harus diakui bahwa kita masih terjajah oleh teknologi asing, karena masih sangat tergantung kepada asing. Akibatnya asing masih mudah mempermainkan bangsa ini melalui teknologi yang mereka buat. Bahkan melalui teknologi asing, google menghapus peta Palestina dari peta dunia.
Kita masuk merdeka level 5. Merdeka level 5 adalah merdeka secara ekonomi. Di bidang ekonomi, bangsa ini masih kategori terjajah, belum merdeka. Sistem ekonomi bangsa ini sangat rentan, karena terlalu mudah dipengaruhi oleh gonjang-ganjing ekonomi dunia, baik sengaja maupun tidak. Sektor-sektor ekonomi strategis bangsa ini justru kini dikuasai oleh asing dan aseng. Bahkan negeri ini kini telah memiliki hutang negara sebesar 3672 triliun dengan sistem ribawi. Pemakan riba itu seperti orang yang mabok, terhuyun tak tentu arah. Artinya dengan hutang ribawi, negara ini akan tergoncang dan berjalan tak tentu arah.
Negara yang telah meraih merdeka level 4 dan 5 dapat dipastikan sebagai negara yang produktif. Mereka berada dijajaran negara maju dan kaya. Negara merdeka level 4 dan 5 seperti Korea selatan, china dan jerman.
Adapun negara yang merdeka level 6 adalah merdeka secara ideologis. Ideologi akan mendorong sebuah negara untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, peradabannya, sosial budayanya, bahkan bisa mempengaruhi negara lain. Negara merdeka level 6 ini akan menjadi negara yang powerfull. Negara merdeka level 6 ini misalnya Amerika, yang pada masa lalu juga Inggris, uni soviet dan perancis.
Kini kita sampai pada merdeka level tertinggi, yakni merdeka level 7. Merdeka level 7 ini adalah ketika sebuah negara beserta rakyatnya hanya menghamba kepada Allah Sang Pencipta manusia dan alam semesta, terlepas sepenuhnya kepada penghambaan kepada manusia melalui sistem apapun, baik otoriter maupun demokratis. Merdeka level 7 adalah merdeka secara aqidah.
Negara yang mencapai kemerdekaan level 7 akan cepat berkembang menjadi negara yang professional, produktif dan powerfull. Negara model inilah yang akan menebarkan rahmat bagi alam semesta, bukan menjajah negara lain. Negara Islam Madinah yang dibangun oleh Rasulullah adalah contoh negara merdeka level 7 ini, dimana kedaulatannya penuh tanpa ada intervensi dari penjajahan manapun dan dalam bentuk apapun.
Sebab misi kemerdekaan dalam pandangan Islam adalah pembebasan segala bentuk penghambaan kepada makhluk menuju penghambaan kepada Allah sang pencipta. Misi kemerdekaan dalam Islam adalah misi tauhid yang juga merupakan misi seluruh nabi dari Adam hingga Rasululah.
Allah berfirman : Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", (QS An Nahl : 36). Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS Al Anbiya : 25). Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS Adz Dzariyat : 56) . Hanya Engkaulah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan (QS Al Fatihah :5)
Islam dengan seluruh hukum syariahnya adalah sistem terbaik yang diturunkan Allah kepada seluruh manusia untuk mengatur seluruh aspek kehidupan mereka baik kehidupan individu maupun masyarakat. Hukum-hukum Islam meliputi seluruh aspek kehidupan manusia seperti ritual, pendidikan, ekonomi, teknologi, politik, budaya dan peradaban.
Karena itu jika negeri ini ingin mencapai kemerdekaan level tertinggi, yakni level 7 kuncinya ikuti saja aturan Allah dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di seluruh bidang kehidupan. Tentu hal ini tidak mudah, mengingat bangsa besar ini baru mencapai merdeka level 1. Masih ada 6 level lagi yang harus dicapai.
Inilah tugas kita sebagai generasi penerus kemerdekaan yang telah diraih oleh para pendahulu kita. Kita hari ini harus secara serius memahami ini dan berbuat benar dan terbaik. Miliki aqidah yang kokoh, akhlak yang mulia, ahli ibadah, ilmu yang mendalam, mental yang kuat, visi yang jelas dan tentu saja jiwa kepemimpinan dan kemandirian. Penting juga ditopang oleh ukhuwah islamiyah yang kokoh serta doa dan tawaqal memohon pertolongan Allah dari setiap haraqah dan usaha perjuangan ini. Insyaallah cita-cta sebagai umat terbaik akan segera bisa kita raih.
Sebagai anak bangsa besar, mari kita meningkatkan kualitas diri kita menjadi generasi level 7. Sebab kemerdekaan level 7 hanya diisi oleh generasi bangsa level 7 pula. Generasi level 7 adalah generasi hamba Allah atau generasi Ulil Albaab yang beriman, bertaqwa, berilmu, dan memiliki mental baja dalam usaha dan perjuangan. Generasi level 7 inilah yang dijanjikan Allah akan mendapatkan keberkahan hidup. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, (QS Al A’raf : 96).
Dengan demikian, tidaklah layak kita menyebut negeri ini telah mendeka sempurna, sama sekali belum, bahkan masih sangat jauh. Masih butuh perjuangan yang lebih berat dibandingkan pencapaian kemerdekaan level satu. Inilah tugas anak bangsa hari ini. Mensyukuri kemerdekaan level satu adalah dengan merenungkan kembali semangat para pahlawan dan melayakkan diri agar negeri para wali ini mencapai merdeka level 7, bukan malah euforia dan terjebak kepada kekufuran dengan tindakan-tindakan melanggar nilai agama atas nama perayaan kemerdekaan. Ingat, kemerdekaan adalah hadiah dan rahmat dari Allah SWT, Pemilik Indonesia ini. Jika bersyukur akan ditambah nikmat, jika kufur akan diazab dengan siksa yang pedih [QS Ibrahim : 7].
Merdeka belajar itu hanya bisa dicapai dengan belajar merdeka, dalam arti mestinya bangsa ini benar-benar berjuang memerdekakan negeri ini dari berbagai bentuk penjajahan. Negeri ini masih dijajah dalam berbagai aspeknya, bahkan hingga dalam aspek pendidikan. Bagaimana bangsa ini bisa merdeka belajar jika sistem pendidikannya saja belum merdeka ?.
Jika negeri ini telah merdeka, maka yang lain akan mengikuti : merdeka budaya, merdeka ekonomi, merdeka teknologi, merdeka pendidikan, merdeka ideologi dan merdeka sosial. Merdeka belajar hanya secuil dari merdeka hakiki negeri ini. Jadi pendidikan di Indonesia mestinya diarahkan kepada bagaimana bangsa ini belajar dan berjuang untuk meraih kemerdekaan hakiki bangsa ini.
Semoga kita punya komitmen dan istiqamah dalam meraih cita-cita kemerdekaan hakiki yakni level 7 dengan kembali mengusir penjajah gaya baru aseng dan asing, menguasai Iptek, memandirikan ekonomi bangsa yang bebas hutang, menegakkan kedaulatan ideologi Islam dengan landasan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Semoga Allah melindungi seluruh kaum muslimin di seluruh dunia dan segera menurunkan pertolonganNya berupa kemerdekaan tertinggi yang melahirkan peradaban mulia yang menebarkan rahmat bagi alam semesta. Semoga dari Indonesia ini gaung kemerdekaan semakin membahana.
Keberkahan negeri ini jika telah diisi oleh insan kamil yakni insan beriman, berilmu dan beramal. Spiritualitas system pendidikan adalah mutlak adanya. Jika bukan Allah yang dijadikan sebagai sumber kebenaran dan bukan Rasulullah sebagai teladan sempurna, lantas siapa lagi. Ingat, kita belum merdeka. Jangan teriak merdeka, malu kita. Masih mau bermain-main ?.
Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (QS Thaha : 124)
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf : 96)
(AhmadSastra,KotaHujan,24/02/20 : 11.00 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags