BENTENGI KELUARGA DARI VIRUS LGBT



Oleh : Ahmad Sastra

Karena mendapat suntikan dana oleh asing, kini kaum pembela LGBT semakin bringas mengkampanyekan perilaku amoral dan abnormal kaum pembangkang Nabi Luth itu. Bahkan pelaku LGBT semakin bertambah di berbagai daerah. Para pemuja libido itu tak lagi malu melakukan tindakan-tindakan keji di tempat-tempat umum. Sementara kaum pemuja perut terus mengkampanyekan LGBT untuk mengganjal perutnya yang lapar. Para propogandis LGBT layak disebut sebagai pelacur intelektual.

Keduanya patut dipidanakan karena telah melakukan demoralisasi anak bangsa. LGBT yang diimpor dari perilaku binatang masyarakat Barat hanya akan merusak karakter generasi bangsa ini. Disinilah pentingnya peran keluarga sebagai benteng terakhir untuk menjaga generasi dari amoralisasi kaum LGBT. Virus LGBT lebih ganas dibandingkan virus corona sekalipun.

Keluarga sebagai benteng terakhir tidak boleh berputus asa terhadap masa depan generasi, sebab ini bukan sikap yang terpuji. Sedih dan mengeluh suramnya masa depan bangsa ini tidak akan menyelesaikan masalah. Pendidikan keluarga adalah alternatif paling tepat untuk sekedar menyalakan lentera harapan yang hampir padam ini. Back to family values.

Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama yang dikenal anak karena kedua orang tuanyalah orang yang pertama dikenal. Bimbingan, perhatian, dan kasih sayang yang terjalin antara kedua orang tua dengan anak-anaknya merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai-nilai moral religius pada diri anak didik. Keluarga adalah sekolah yang sesungguhnya bagi anak. Dari keluarga inilah sesungguhnya dasar-dasar karakter mulia anak tumbuh dan terbentuk.

Penanaman nilai-nilai dalam keluarga akan semakin mendalam apabila orang tua memiliki konsep dan paradigma pendidikan yang ingin diwujudkan bagi anak-anaknya agar tercapai keturunan yang saleh, berakhlak mulia, cerdas, taat dan patuh kepada orang tua, menghargai orang lain, bermanfaat bagi dunia dan bermakna bagi kelak kehidupan akherat.

Karakter mulia anak akan tumbuh dari keluarga yang berkarakter mulia juga. Fungsi-fungsi keluarga harus benar-benar terealisasi, jika anak diharapkan tumbuh berkarakter mulia. Berkaitan dengan upaya pembentukan karakter mulia, setidaknya ada enam fungsi keluarga yang harus dijalankan oleh orang tua sebagai guru bagi anak-anak di rumah.

Pertama, Fungsi Edukatif. Kedua orang tua memiliki kewajiban untuk melaksanakan pendidikan sedini mungkin terhadap anak-anaknya dalam keluarga. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama, maju mundurnya anggota keluarga ditentukan dengan pelaksanaan pendidikan dalam keluarga. Pusat pendidikan utama adalah keluarga.

Yang menjadi salah satu faktor munculnya perilaku menyimpang LGBT adalah kurangnya kehangatan pendidikan keluarga yang ditanamkan orang tua di rumah. Anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya, hati yang suci itu adalah permata yang mahal. Apabila ia diajar dan dibiasakan kepada kebaikan, maka ia akan tumbuh pada kebaikan itu. Mendidik anak laki-laki dan perempuan tentu saja berbeda, namun tujuannya sama yakni menumbuhkan kesadaran akan hakekat, peran dan tanggungjawab sebagai laki-laki maupun perempuan.

Jika anak dibiasakan melakukan kejahatan, maka ia akan sengsara dan binasa. Untuk melindunginya adalah dengan mendidik dan mengajarkan akhlak-akhlak mulia kepadanya. Pendidikan yang bisa diberikan orang tua kepada anak diantaranya adalah : bersyukur, tidak menyekutukan Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, penolakan perintah orang tua kepada kesyirikan, keyakinan akan balasan Allah, mendirikan shalat, rendah hati dan tidak angkuh, dan berbicara dengan suara yang lemah lembut.

Kedua, Fungsi Sosial. Manusia selain sebagai makhluk individual juga merupakan makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain. Orang tua dengan demikian memiliki tugas sosial terhadap keluarga untuk menghantarkan mereka mengenal dan bermanfaat bagi masyarakat. Orang tua berkewajiban untuk membekali anak pengetahun tentang kesadaran bermasyarakat yang dilandasi dengan nilai-nilai dan budaya Islam.

Orang tua harus memahamkan dan menjauhkan anak-anak dari budaya sosial Barat yang liberal. Fungsi sosial keluarga ini akan memberikan peluang kepada anak untuk mampu hidup dalam masyarakat yang kelak mereka bisa diterima masyarakat. LGBT seringkali terjadi karena kesalahpahaman pergaulan sosial ini.

Ketiga, Fungsi Proteksi. Anak-anak yang baru dilahirkan sangat membutuhkan dari sekelilingnya karena kemampuan dan kekuatan fisik sangat tergantung kepada lingkungan di sekitarnya memberikan perlindungan kepadanya. Orang tua adalah orang yang pertama kali melindungi anaknya dalam rangka menjaga anak dari virus LGBT yang datang dari lingkungannya.

Keempat, Fungsi Afeksi. Fungsi afeksi adalah pola pembinaan sikap, nilai, perilaku dan perasaan yang sehat dalam keluarga yang tercipta dari hasil kebersihan hati masing-masing anggota keluarga, bersih dari iri hati dan dengki dari hasut dan buruk sangka.

Orang tua harus menghindarkan perasaan buruk dari anak-anak. Perasaan buruk itu seperti rasa minder, sifat penakut, sifat rasa rendah diri, sifat hasut, dan sifat pemarah. Dan yang tidak kalah penting adalah pembinaan untuk menjaga fitrah sebagai laki-laki maupun perempuan agar menjadi benteng bagi serangan virus LGBT.

Upaya menghindarkan sifat-sifat itulah adalah dengan pendidikan agama. Pendidikan agama akan mengatarkan anak pada kepribadian yang utuh, yakni yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Fungsi afeksi juga berarti upaya penanaman nilai-nilai mulia kepada anak-anak dalam keluarga. Diantara nilai-nilai mulia adalah kasih sayang dan banyak bersyukur.

Kelima, Fungsi Biologis. Fungsi biologis artinya upaya pemenuhan kebutuhan biologis keluarga yang meliputi kebutuhan atas keterlindungan fisik guna melangsungkan kehidupannya, keterlindungan kesehatan, keterlindungan rasa lapar, haus, kedinginan, kepanasan, kelelahan, bahkan juga kenyamanan dan kesegaran fisik.

Makan dan minum merupakan salah satu kebutuhan biologis manusia sejak lahir. Kebutuhan seksual normal untuk mendapatkan keturunan juga merupakan kebutuhan biologis manusia. Untuk melangsungkan keturunan, manusia membutuhkan hubungan seksual yang diikat dengan ikatan pernikahan antara laki-laki dan perempuan. Harus dipahamkan kepada keluarga bahwa LGBT adalah tindakan amoral dan abnormal.

Keluarga Fungsi Pembinaan Lingkungan. Setiap keluarga diwajibkan untuk melakukan pembinaan terhadap lingkungan di mana mereka hidup. Pembinaan lingkungan merupakan bagian integral dari pembinaan keluarga. Pembinaan lingkungan merupakan keharusan dalam menegakkan ajaran Islam, dimana lingkungan memiliki pengaruh yang kuat dalam memberikan efek kepada keluarga. Lingkungan yang sehat, bersih dan islami, akan mewarnai dan kenyamanan keluarga. Lingkungan yang islami akan mendatangkan hidayah dan barokah dari Allah swt.

Keenam, Fungsi Religius. Tugas utama dalam keluarga selain yang telah dipaparkan diatas adalah menanamkan fungsi religius kepada anak-anaknya agar mereka bisa menjalankan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Metode teladan dengan menanamkan ibadah bukan dengan menyuruh ana melainkan dengan mengajak sholat, dan mulai dari berwudhu hingga masuk masjid, sholat berjamaah dan berzikir serta berdoa.

Demikian pula orang tua sebaiknya mengajak anak-anaknya untuk menjalankan saum ramadhan dan memberi contoh memberikan zakat dan sedekah kepada fakir miskin. Tugas orang tua mendidik anak-anaknya harus dilakukan sepanjang hidup, meskipun sang anak telah berkeluarga, berkedudukan tinggi, bergaji besar, kasing sayang orang tua tidak akan pernah pudar.

Dengan demikian, keluarga merupakan tempat dilakukannya pendidikan yang mendasar tentang pendidikan moral keagamaan, termasuk pendidikan agama. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keluarga dipandang sebagai peletak dasar pembinaan komunikasi nilai-nilai agama.

Keluarga merupakan sekolah yang sangat vital, terutama bagi keberlangsungan pendidikan generasi muda maupun bagi pendidikan bangsa pada umumnya. Pendidikan keluarga pada dasarnya merupakan komunikasi timbal balik antara orang tua dengan anak melalui pembinaan bahasa, tanda-tanda tertentu, simbol-simbol yang bermuatan nilai-nilai yang tergambar dalam perilaku sosial di tengah situasi dan interaksi antaranggota keluarga.

Proses sosialisasi dan penanaman nilai akhlak pada diri anak secara praktis dimulai sejak anak dilahirkan. Dalam Islam, secara teoritis upaya penanaman nilai-nilai pendidikan sudah dimulai sejak awal pemilihan jodoh. Dalam konteks ini, nabi SAW telah memberikan isyarat dengan empat kriteria yaitu karena kecantikannya, kekayaannya, keturunannya dan agamanya. Dari keempat kriteria itu jika ingin mewujudkan situasi keluarga sakinah yang bernuansa islami, hendaknya menjadikan kriteria agama menjadi kriteria utama.

Karena itu penting bagi kedua orang tua untuk memiliki metode pendidikan karakter mulia kepada anak-anak di rumah. Setidaknya ada empat metode yang bisa dilakukan kedua orang tua untuk membentuk karakter mulia anak-anak di rumah. Pertama, Metode Keteladanan. Kedua, Metode Adat Kebiasaan. Ketiga, Metode Pemberian Nasihat. Keempat, Metode Perhatian. Dan kelima, Metode Pemberian Hukuman.

Sebab anak oleh Allah telah dianugerahi empat potensi utama yang kesemuanya memiliki kemampuan khas dan tidak dimiliki oleh binatang. Keempat potensi anak itu adalah : 1). Akal. Akal sebagai ciri utama yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang berderajat. Akal tidak identik dengan otak melainkan daya berfikir yang terdapat pada jiwa manusia, daya yang memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya.

2). Qalb. Qalb adalah daya rasa yang digunakan untuk memahami, dan menghayati yang memberikan kepada manusia potensi untuk mengetahui esensi atas segala sesuatu. 3). Fisik. Aspek fisik merupakan tahap pertama manusia diciptakan (tanah pada penciptaan Adam dan sperma untuk keturunannya, keduanya benda fisik) yang karenanya, memerlukan pemenuhan kebutuhan fisiknya seperti makan, minum dan berkembang biak.

4). Ruhaniah. Aspek ini berkaitan dengan daya ruh yang dimiliki manusia yang bekerja secara spiritual untuk memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan. Ruh merupakan bagian yang sangat penting bagi manusia, meskipun untuk memahaminya bukan persoalan yang mudah. Keempat aspek manusia ini merupakan kesatuan yang utuh dan integral, hakekat manusia pada dasarnya adalah keselarasan antara aspek-aspek diatas.

Keluarga dengan demikian memiliki fungsi edukatif yang vital bagi upaya pembentukan kepribadian mulia anak melalui pendidikan akal, qolbu, fisik dan ruhaniah. Saatnya menjadikan keluarga sebagai sekolah karakter mulia bagi anak-anak untuk menangkal virus LGBT. Kedua orang tua adalah guru sekaligus suri teladannya dalam perbuatan baik.

(AhmadSastra,KotaHujan,25/02/20 : 08.45 WIB)

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.